Ngrajun, Banjarharjo- Kalibawang ancaman
penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) di awal tahun 2023 menjadi keprihatinan
tersendiri khususnya bagi peternak sapi, tidak terkecuali peternak sapi di
Kapanewon Kalibawang. Pada tanggal 7 Maret 2023 bertempat di Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) Kapanewon
Kalibawang diselenggarakan sosialisasi penyakit LSD dengan narasumber drh.
Ridwan Nur Bintara selaku plh. Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian
dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, serta drh. Estu Widodo, M.Sc. Medik Veteriner
Puskeswan Kalibawang. Sosialisasi diikuti 25 orang perwakilan dari kelompok
tani/ternak dan Dukuh di wilayah Kapanewon Kalibawang berserta dengan Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL). Untuk diketahui bahwa penyakit LSD/ cacar pada sapi
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus keluarga Poxviridae dengan ciri
spesifik terlihat benjolan pada kulit, dengan vector/ hewan pembawa atau
penularan bisa melalui gigitan nyamuk, lalat dan caplak. Yang perlu diketahui
bahwa penyakit LSD ini berbeda dengan Penyakit Mulut dan Kuku/ PMK baik dari
penyebab, penularan ataupun gejala sehingga anggapan bahwa adanya LSD
diakibatkan karena vaksinasi PMK adalah tidak benar.
Walaupun bukan sebagai penyakit yang zoonosis/ menular
kemanusia, LSD mempunyai angka kesakitan antara 10-45% dan angka kematian
berkisar 1-5% dari populasi dengan gejala klinis hewan yang terinfeksi akan
mengalami deman dan nafsu makan menurun serta munculnya benjolan/ nodul di
permukaan kulit sedangkan untuk keadaan LSD akut disertai dengan ambruk. Dampak
kerugian nilai ekonomi bagi peternak sangat dirasakan terutama dengan
menurunnya harga jual sapi yang terkena penyakit LSD, perawatan yang sapi yang
intensif menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam penyembuhan penyakit ini
disamping pemberian terapi supportif oleh tenaga medis. Diharapkan juga peran
serta petani/ peternak untuk menjaga kebersihan kandang melalui penyemprotan
cairan desinfektan dan anti parasit serta melakukan melakukan pengolahan
kotoran ternak untuk menekan perkembangan serangga di lingkungan kandang. A.
Yuantoni