Informasi Teknologi



BUDIDAYA IKAN GURAME

A.          Ciri-ciri Ikan Gurame.
 o        Badan pipih ke samping
 o         Mulut kecil, miring dan dapat disembulkan
 o         Rahang atas dan bawah tidak rata
 o         Sisik relatif besar .
 o         Duri pada sirip punggung dan dubur pada ikan tua ukuranya semakin membesar.
 o        Mempunyai sepasang sirip perut yang telah mengalami modifikasi menjadi
           sepasang benang yang panjang  dan berfungsi sebagai alat Peraba.
B.          Kebiasaan Hidup Ikan Gurame
 o     Mempunyai labirinth ( dapat hidup di air tenang)
 o     Merupakan hewan pemakan tumbuhan.
 o     Makan dengan cara lambat.
 o     Peka terhadap perubahan lingkungan, merupakan hewan Poikiloterm (berdarah dingin).
 o     Dapat tumbuh baik pada suhu antara 24 – 28 ° C.
 o     Kematangan kelamin dapat berkembang biak pada umur 2 – 3 tahun.
C.         Sistem Budidaya Pembesaran
 o     Kolam
 o      Bibit
 o      Persiapan Penebaran
 o      Pakan
 o      Pencegahan/ Pengobatan Penyakit
 o      Panen/Pasca Panen
1.Kolam
          Kolam Tanah, Semen, Terpal/Deklit.
          Ada ketersediaan air yang cukup.
          Kedalaman kolam 100 – 150 cm.
          Ada sinar matahari yang langsung masuk.
          Temperatur yang cocok untuk hidup gurame adalah 24 – 28 °C. dengan PH 6-7
2.Bibit
§  Benih Sehat dan lincah.
§  Sisik kelihatan mulus.
§  Mempunyai ukuran , umur yang sama.
§  Untuk Pembesaran intensif  selama 6 bulan  Pertama dapat digunakan bibit  
    200-350 gr/ekor.dengan kepadatanpenebaran 10-12 ekor/m². Sedang untuk 6 bulan 
    ke dua dapat dikurangi menjadi 5-6 ekor/m².
   3.Persiapan penebaran
  • Untuk kolam tanah perlu penggemburan dasar kolam dengan mencangkulnya kemudia                                    dikeringkan selama 2 minggu.
  • Pada kolam tanah dapat dilakukan  pengapuran dengan kapur tohor dengan dosis 50-100 gr/m².
  • Pemupukan dengan pupuk organik 0,5-1 kg/m², pupuk urea, SP36 masing-masing 100-200 gr/m².
  • Kemudian kolam diisi air sedalam 30 cm.
  • Kolam diberikan garam dengan dosis 1 ons/m.
  • Kolam kemudian di diamkan selama 1- 2 minggu
  • Penambahan air sedalam 100 – 150 cm dapat dilakukan setelah penebaran benih ikan.
  • Penggaraman dapat dilakukan selama 2 minggu sekali.
4. Pakan
  1. Pakan dapat diberikan berupa pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ( misal : daun talas,                             daun suwek, daun lamtoro, daun pepaya) namun perlu juga pemberian pakan tambahan berupa pellet.
  2. Pemberian pakan pellet sebesar ;o   6 hr setelah penebaran – 1 bulan 10 % dr total berat gurame
o   Umur 1 – 2 bulan  9 % dari total berat gurame.
o   Umur 2 – 4 bulan 8 % dari total  berat gurame.
o   Umur 4 – 6 bulan 6 % dari total berat gurame.
o   Umur 6 – 12 bulan 5 % dari berat total gurame

5. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
a.  Untuk mengantisipasi hama pada gurame ( ular, Wregul, Orang dll) maka kolam dibuat permanen serta dipasang perangkap dan mekanis yang baik..
b.      Penyakit yang sering menyerang Ikan Gurame antara lain :

    1. Ichthyophthirius multifilisis ( Penyakit Parasitik  penyebabnya adalah dari  protozoa ).
  Gejalanya:                                                                                      
o   Ikan tampak pucat, nafsu makan berkurang,         
o   Gerakan lambat dan sering menggosokkan tubuhnya pada dinding kolam.
o   Pada infeksi lanjut nampak ikan megap - megap dan meloncat-loncat ke permukaan air.
o   Adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.
Penanggulangan
o   Menerapkan menejemen kesehatan ikan secara baik dan benar ( persiapan kolam, pengapuran, desinfeksi, menjaga kesehatan, kepadatan, pakan dan kualitas air)
o   Merendam dalam larutan garam dapur dosis 20.000 ppm selama 15-30 menit diulang beberapa kali.
o   Merendam dalam larutan garam dapur pada dosis 7.000 ppm dicampur dengan larutan PK dosis 3-4 ppm selama 24 jam, diulang beberapa kali.

2. Trichodina sp dan Trichodinella sp.
     Gejalanya :
o   Ikan tampak pucat, nafsu makan berkurang, gerakan lambat dan sering menggosokkan badan pada  dinding kolam .
o   Ikan yang terinfeksi lanjut tampak megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air. 
      Penanggulangan :
o   Melakukan menejemen kesehatan ikan secara baik
o    Pengobatan sama dengan” penyakit      Ichthyophthirius”

3. Aeromonas dan Pseudomonas ( penyakit karena bakteri).
   Gejalanya :
o   Tubuh menjadi kusam/gelap, nafsu makan berkurang, terlihat pendarahan pada tubuh ikan baik di pangkal sirip, ekor dan bagian lain.
o   Sisik lepas, luka dan akhirnya menjadi borok.
o   Sering pula dijumpai gejala borok di beberapa bagian tubuh, dari yang relatif kecil hingga dalam, bagian abdomen lembek, perut gembung berwarna merah.
  Penanggulangannya :
o   Pencegahan dapat dilakukan dengan disinfeksi peralatan , sanitasi air dan kolam.
o   Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian Oxytetracycline 50 mg/kg ikan melalui pakan selama 7 – 10 hari.

6. Panen dan Pasca Panen.
o    Untuk pemanenan dapat dilakukan sesuai dengan keinginan petani. Tergantung ukuran benih yang  ditebar, dapat 3 bulan, 4 bulan atau 6 bulan bahkan 1 tahun.
o    Untuk pasca panen ikan gurame dapat di gunakan berbagai macam hidangan makanan al : gurameh bakar, goreng





CARA PEMBUATAN ABON  IKAN

P E N D A H U L U A N
Pembuatan abon ikan merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah hasil perikanan yang selama ini banyak terbuang sia-sia, selain itu abon juga dapat dibuat dari ikan segar sebagai bahan baku, abon yang berasal dari bahan ikan segar tetntu mutunya lebih bagus.
Abon ikan yang baik mempunyai rasa yang khas, tidak berbau amis atau anyir. Dengan rasa yang khas inilah, abon ikan mudah diterima oleh konsumen. Apalagi dibandingkan dengan ikan segar, abon ikan mempunyai kandungan protein lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama tanpa mengalami perubahan kualitas.
Pengolahan abon ikan dapat dilakukan dalam sekala kecil, sedang, besar, dan dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam menyediakan lauk pauk sehari-hari, karena tidak memerlukan ketrampilan khusus.
Jenis ikan yang  bisa diolah menjadi abon umumnya adalah ikan pelagis, yaitu ikan cakalan. Tenggiri, tongkol dll.

CARA PEMBUATAN
Secara garis besar, pembuatan abon ikan dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1.   Tahap penyiangan
Ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku dikelompokkan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegarannya. Selanjutnya, ikan disiangi dengan cara membersihkan sisik, membuang kepala, isi perut, maupun sirip ikan agar tidak mempengaruhi kualitas abon. Ikan kemudian dipotong dengan ukuran 4 x 3 x 3 cm dan dicuci dengan air bersih yang mengalir, untuk menghilangkan darah, lendir, maupun kotoran yang masih menempel.
2.   Tahap perebusan ikan
Ikan yang telah dicuci direbus agar daging ikan menjadi lunak dan mudah dihancurkan. Setelah 20-40 menit, daging ikan ditiriskan dalam wadah kusus agar air rebusan cepat hilang.
3.  Tahap penghancuran
Pada tahap ini tulang, kulit dan sisik ikan dibuang agar lebih mudah, sebaiknya pembuangan tulan, kulit dan sisik dilakukan
pada saat daging ikan masih dalam keadaan panas. Daging ikan kemudian dicabik-cabik dan diremas dengan tangan hingga terbentuk serat daging yang halus dan berukuran seragam.
4.  Tahap pembuatan bumbu
Sebenarnya bumbu abon dapat disesuaikan dengan selera masing-masing, apakah abon yang dibuat akan mengandung rasa pedas, manis, atau asin. Akan tetapi sebagai patokan dapat digunakan komposisi bumbu sebagai berikut : Untuk membuat abon dengan bahan baku 100 kg ikan, campurkan dan lumatkan 2 kg bawang merah, 1,6 kg bawang putih, 300 g ketumbar, 1,5 kg garam, 900 g asam dan 15 kg gula. Setelah lumat, tambahkan 100 g laos serta salam dan sereh secukupnya. Tambahkan pula 750 cc santan yang diperoleh dari 400 g kelapa parut.
5.   Tahap penggorengan
Masukkan bumbu ke dalam kuali dan panaskan di atas api yang tidak terlalu besar sampai mendidih. Selanjutnya masukkan pula daging iikan yang telah dihancurkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga rata. Setelah agak kering, tambahkan sedikit minyak goreng sambil terus diaduk. Tahap penggorengan dianggap selesai bila abon benar-benar telah kering dan bila dipegang terasa gemerisik.
6.   Tahap pengepakan
Setelah penggorengan selesai, abon dibiarkan beberapa saat di tempat terbuka dan berangin hingga dingin. Abon kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dengan takaran sesuai dengan kebutuhan. Abon siap dipasarkan atau dikonsumsi sendiri.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar